Teknik & Strategi

Analisis Taktik Inter Milan Kalahkan Bayern Munchen: Strategi Simone Inzaghi yang Jitu!

Meskipun Bayern mendominasi penguasaan bola dan unggul XG (Expected Goals), mereka kesulitan mengkonversinya menjadi gol. Sebaliknya, Inter menunjukkan efektivitas luar biasa dalam memanfaatkan setiap peluang. Lautaro Martinez membuka keunggulan Inter, namun Thomas Müller berhasil menyamakan kedudukan di menit-menit akhir. Tak butuh waktu lama, Frattesi menjadi pahlawan dengan gol penentu kemenangan, membungkam publik tuan rumah.

Penasaran bagaimana Inter mampu memenangkan duel taktis ini? Mari kita selami lebih dalam!

Formasi dan Pendekatan Tim

Pertandingan ini mempertemukan dua filosofi yang berbeda:

  • Bayern Munchen (Tuan Rumah) menggunakan formasi 4-2-3-1. Double pivot mereka diisi oleh Kimmich dan Goretzka, menopang Guerrero sebagai playmaker nomor 10 yang diapit oleh Sané dan Olise di posisi winger.
  • Inter Milan tetap setia dengan formasi pakem 3-5-2. Duet tajam Lautaro Martinez dan Marcus Thuram memimpin lini serang. Lini tengah diisi trio Barella, Hakan Calhanoglu, dan Mkhitaryan, diapit oleh Matteo Darmian dan Carlos Augusto sebagai wing-back.
  • Menariknya, ada perbedaan signifikan dalam pendekatan possession di babak pertama dan kedua. Inter bermain lebih proaktif di babak pertama, kemudian memilih bermain lebih pasif dan bertahan di babak kedua.

Strategi Build-Up Bayern Munchen: Mencari Ruang di Half-Space

Bayern mencoba membangun serangan dengan fleksibilitas. Goretzka sering turun sejajar dengan bek tengah untuk membantu build-up. Mereka juga memanfaatkan Konrad Laimer sebagai fullback inverted untuk mengekspos half-space atau ruang di samping gelandang Inter.

Contohnya, Sané kerap melakukan cut inside untuk memancing gelandang Inter bergeser, membuka ruang bagi Laimer yang bergerak inverted. Laimer yang bebas kemudian memberikan umpan kepada Olise, namun tendangannya berhasil digagalkan oleh Yann Sommer.

Ketika Inter menerapkan high press, kiper Bayern, Ulreich, tidak jarang mengirim bola langsung ke depan. Beberapa peluang emas tercipta dari skema ini, terutama dari aksi individu Sané dan Olise, meski gagal dikonversi oleh Harry Kane. Namun, long pass build-up ini jarang terlihat karena Inter lebih banyak menunggu di medium block.

Dinamika Taktik Inter Milan: Rotasi Posisi dan Memancing Pressing Lawan

Inter Milan menunjukkan kecerdasan taktis di babak pertama dengan slow build-up yang diwarnai rotasi posisi pemain yang dinamis.

Rotasi Fleksibel: Hakan Calhanoglu yang berposisi gelandang sentral sering turun ke area centre-back, membuat formasi tiga bek Inter terlihat menjadi empat bek, dengan Bastoni dan Pavard bertindak sebagai fullback meskipun posisi asli mereka adalah centre-back.

Pergerakan Kontra: Terlihat juga counter-movement dari Lautaro Martinez yang turun menjemput bola, sementara Barella naik ke depan. Fleksibilitas formasi tiga centre-back Inter ini sangat terbantu oleh kemampuan Bastoni dan Pavard bermain sebagai fullback. Bahkan, pergerakan Barella ke sektor centre-back sempat menghasilkan peluang apik.

Manipulasi Ruang dengan Delay: Selain rotasi, Inter juga menerapkan skema untuk menciptakan celah besar di ruang antar lini lawan. Pemain belakang, bahkan Sommer, seringkali menunda penguasaan bola (delay), menunggu atau memancing pressing lawan naik. Tujuannya adalah untuk melubangi ruang antar lini. Ketika lini depan dan tengah Bayern terpancing naik, celah besar tercipta antara lini belakang dan tengah mereka.

Celah inilah yang sering dimanfaatkan Lautaro Martinez dengan drop-back untuk menerima bola. Idenya adalah memancing pressing dengan slow build-up di belakang, lalu mengirimkan operan ke Lautaro yang turun ke ruang antar lini yang sudah terbuka. Meskipun beberapa kali percobaan gagal, skema ini akhirnya membuahkan hasil, terutama dari sektor kanan melalui Pavard. Lautaro berhasil menerima bola dan memindahkan serangan dari kanan ke kiri.

Skema ini bahkan terlihat di awal terjadinya gol pertama Inter. Yann Sommer menunda bola cukup lama sebelum melambungkan bola ke Lautaro yang berduel dengan Kim Min-jae. Bola muntah ke kaki Marcus Thuram, yang kemudian menguasai possession. Lautaro mengirim bola ke sektor kiri, tempat Bastoni siap melakukan overlap dan Carlos Augusto sudah berada di depan. Ketika wing-back ini menerima bola, Thuram segera berlari mendahului lini belakang Bayern. Pergerakan inilah yang membuat Augusto memutuskan untuk mengirim early cross datar. Dengan insting tinggi, Thuram malah melakukan backheel ke belakang, di mana Lautaro sudah siap menyambut dengan trivela shot berteknik tinggi yang menghasilkan gol berkelas.

Pertahanan Solid Inter dan Gol Penentu Kemenangan

Saat bertahan, Inter menggunakan shape 5-3-2 yang memiliki jarak rapat antara lini belakang dan tengah, meminimalkan ruang bagi lawan. Di babak kedua, Bayern tetap mencoba menyerang ruang di samping gelandang Inter melalui Laimer, namun ia jarang mendapatkan suplai umpan yang memadai.

Untuk menembus pertahanan Inter yang rapat, Bayern membutuhkan banyak attacking output. Salah satu cara yang efektif adalah switch cepat dan memanfaatkan transisi ketika pertahanan Inter belum sepenuhnya kembali. Contohnya, saat Hakan, Barella, dan Frattesi belum kembali sempurna, Olise melakukan cut inside untuk menemukan pemain yang kosong. Sayangnya, umpan tarik Laimer gagal dimanfaatkan.

Gol Bayern tercipta melalui switch dari satu sisi ke sisi lain. Kimmich mengirimkan crossing ke sisi jauh di mana Laimer bebas. Ia kemudian mengirimkan crossing kembali yang disambut oleh Thomas Müller dengan sontekannya.

Namun, yang menarik adalah Inter tidak panik setelah kebobolan. Hanya tiga menit berselang, mereka kembali unggul menggunakan slow build-up namun direct yang menjadi andalan mereka. Diawali dari Sommer ke Barella, kemudian Lautaro kembali turun menjemput bola, sekaligus memancing Stanisic untuk naik. Ketika Lautaro berhasil berbalik badan, tiga pemain Inter – Frattesi, Barella, dan Augusto – sudah bersiap berlari, memberikan mereka keunggulan momentum.

Bola dialirkan ke Barella, yang kemudian diteruskan ke Augusto. Tidak ada pemain Bayern yang menutupinya. Meskipun Frattesi tertutup Der, ia berhasil menyambut umpan deras Augusto lewat sontekannya, mengubah skor menjadi 1-2.

Kesimpulan: Kemenangan Taktis Simone Inzaghi

Kemenangan Inter Milan ini menegaskan bahwa wakil Serie A belum habis. Tim yang secara kualitas pemain bisa dibilang di bawah Bayern Munchen ini mampu mengoptimalkan kerja sama tim dan sistem yang dibangun oleh Simone Inzaghi. Fleksibilitas taktik, rotasi posisi yang dinamis, kemampuan memancing pressing lawan, dan efisiensi dalam memanfaatkan peluang menjadi kunci kemenangan Inter.

Tentu akan sangat menarik melihat bagaimana kiprah Inter di sisa babak. Mampukah mereka lolos ke semifinal dan terus membuat kejutan? Patut kita tunggu!

Related Articles

Back to top button