Pakar tambang: Harga emas melambung lebih lanjut akibat komponen geopolitik

Ibukota Indonesia – Kenaikan nilai emas dunia yang tersebut sekarang mencapai kisaran 3.200 dolar Amerika Serikat per troy ounce (setara 31,1 gram) selain dari permintaan yang digunakan meningkat, lebih besar utama lagi dikarenakan unsur geopolitik global yang tersebut ditandai konflik di dalam beberapa wilayah.
“Kita bisa saja lihat sewaktu konflik antara Rusia dengan Ukraina, kemudian tanah Israel dengan organisasi Hamas pada Oktober 2023, negara Israel dengan Hizbullah pada Juli 2024. Ketika eskalasi konfliknya meningkat, nilai emas terlibat menguat signifikan. Kemudian baru-baru ini ketika ada kebijakan resiprokal Trump juga terbaru konflik Pakistan dengan India juga menyebabkan harga jual emas menguat,” kata pakar pertambangan yang juga Dirut perusahaan tambang emas nasional PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), Edi Permadi di Jakarta, Jumat.
Pandangan tersebut, lanjut Edi Permadi, juga ditegaskan di Gold Return Attribution Model (GRAM) yang mana menyebutkan risiko geopolitik memberi sumbangan 5,15 persen dari kenaikan nilai tukar emas tahun ini. GRAM merupakan model yang mana dikembangkan oleh World Gold Council untuk mengenali faktor-faktor yang digunakan mengupayakan return-nya nilai emas.
Edi meninjau bahwa nilai emas ke depan masih di tren yang tersebut menguat. Mengutip analisis JP Morgan, Edi menyebutkan, nilai emas tahun depan sanggup menciptakan rekor baru menuju kisaran 4.000 dolar Amerika Serikat per ttroy ounce.
“Apalagi pemerintah Amerika Serikat baru baru ini memutuskan untuk menempatkan emas sebagai Aset Tier I. Ini adalah akan menciptakan permintaan emas khusus dari perbankan akan meningkat," kata Edi yang digunakan juga Tenaga Profesional (Taprof) Sektor Informan Kekayaan Alam (SKA) Lemhanas.
Di sedang situasi geopolitik dan juga perekonomian global yang mana tiada menentu, emas berubah menjadi salah satu komoditi yang mana paling diburu. Permintaan yang meningkat namun bukan diimbangi dengan pasokan memproduksi stok di dalam lingkungan ekonomi menipis. Di sinilah hukum bursa berlaku, nilai emas terus pada tren menguat.
"Jika dilihat di beberapa tahun terakhir, antara permintaan juga pasokan tidaklah seimbang sehingga tarif pun menguat,” ujarnya.
Sementara untuk Indonesia, menurut Edi, satu langkah positif yang dimaksud semakin menimbulkan emas makin kuat adalah kebijakan pembentukan Bullion Bank dari pemerintah. Kemudian juga produksi emas nasional yang tersebut akan meningkat signifikan yang bersumber dari dua smelter milik PT Freeport Indonesia serta PT Amman Mineral Internasional,Tbk (AMMAN).
“Kondisi ini dapat dimanfaatkan pelaku perniagaan maupun pemerintah untuk meraih keuntungan atau meningkatkan pendapatan negara,” kata Edi.
Namun ia mengingatkan bahwa keadaan pangsa yang positif ini juga harus memproduksi perusahaan tambahan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan juga tata kelola (ESG) dan juga juga kegiatan eksplorasi.
“Dengan nilai seperti sekarang ini, perusahaan harus lebih banyak besar lagi menaruh perhatian pada aspek ESG, kegiatan pemberdayaan warga ditingkatkan juga pastinya tata kelola lingkungan juga lebih tinggi ditingkatkan lagi. Bukan berarti saat nilai turun aspek-aspek yang disebutkan kurang mendapat perhatian. Aspek ESG dewasa ini sangat penting untuk mewujudkan pertambangan berkelanjutan,” katanya.
Selain ESG, Edi juga mengingatkan perusahaan tambang untuk tidaklah mengabaikan kegiatan eksplorasi.
“Kita bukan akan dapat berbicara tambang tanpa eksplorasi. Pertemuan eksplorasi adalah nadi yang mana menentukan berapa lama kegiatan bisnis pertambangan. Di ketika seperti ini, perusahaan harus mengalokasikan lebih tinggi besar lagi dananya untuk eksplorasi,” ungkap Edi.
Eksplorasi ini penting untuk menambah sumber daya juga meningkatkan status dari sumber daya bermetamorfosis menjadi cadangan.
“Jangan sampai oleh sebab itu biaya bagus, perusahaan hanya sekali fokus pada produksi lalu mengabaikan eksplorasi. Eksplorasi itu penting pada menentukan umur tambang,” kata beliau lagi.
Edi kemudian menjelaskan bahwa PT J Resources Asia Pasifik pada 2023 berhasil memproduksi emas sebesar 94 koz kemudian kemudian meningkat berubah menjadi 101 koz pada 2024.
Saat ini perusahaan mengatur dua tambang yang mana sedang berproduksi yakni PT J Resources Bolaang Mongondow (PT JRBM) juga satu lagi tambang emas di Penjom, Malaysia. Sementara satu aset sedang pada masa pembangunan yakni tambang Doup yang dimaksud dikelola PT Arafura Surya Alam (PT ASA).
Artikel ini disadur dari Pakar tambang: Harga emas melambung lebih karena faktor geopolitik