Duel Sengit di Laga Puncak Euro 2024 Spanyol vs Inggris!

Euro 2024 akan segera mencapai puncaknya! Dini hari Senin nanti, seluruh mata pencinta sepak bola akan tertuju pada satu pertandingan yang menentukan: final antara Spanyol dan Inggris. Siapa yang akan mengangkat trofi juara tahun ini? Mari kita bedah lebih dalam kekuatan kedua tim.
Perjalanan Impresif Spanyol Menuju Final
La Furia Roja tiba di final dengan catatan yang sangat meyakinkan. Tim asuhan Luis de la Fuente ini tampil tanpa cela, menyapu bersih semua laga dengan kemenangan. Mereka berhasil lolos dari “grup neraka” (Grup B) dengan poin sempurna, mengungguli raksasa seperti Italia, Kroasia, dan Albania. Di fase knockout, Spanyol menunjukkan dominasinya dengan mengalahkan tim-tim favorit seperti tuan rumah Jerman dan juga Prancis. Gaya permainan mereka yang atraktif dan efektif menjadi sorotan sepanjang turnamen.
Pragmatisme Inggris yang Berbuah Manis
Di sisi lain, Inggris banyak dinilai memiliki gaya permainan yang membosankan. Namun, pragmatisme yang diusung Gareth Southgate terbukti ampuh membawa The Three Lions melaju hingga ke final. Di fase grup, Inggris memuncaki klasemen Grup C dengan 5 poin, hasil dari satu kemenangan dan dua kali imbang. Perjalanan mereka di fase knockout pun tidak mudah; mereka harus berjuang hingga babak tambahan waktu, bahkan adu penalti, untuk menyingkirkan Slovakia dan Swiss. Di semifinal, gol kemenangan baru tercipta di menit ke-90+2. Ini menunjukkan mental baja dan ketahanan mereka dalam menghadapi tekanan.
Misi Kedua Tim: Sejarah Menanti!
Bagi Spanyol, ini adalah kesempatan emas untuk meraih gelar Euro keempat mereka, mengukuhkan dominasi di kancah Eropa. Sementara itu, Inggris akan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan “Football’s Coming Home” dengan meraih titel juara Eropa pertama mereka.
Prediksi Formasi dan Taktik: Siapa Unggul?
Mari kita intip perkiraan formasi dan strategi yang akan diterapkan kedua tim di laga puncak nanti.
Spanyol: Konsisten dengan Pakem 4-2-3-1
Spanyol hampir dipastikan tidak akan mengubah pakem favorit mereka, 4-2-3-1. Unai Simón akan tetap menjaga gawang, dengan lini belakang yang kembali diperkuat oleh Le Normand dan Carvajal (yang sebelumnya absen karena hukuman kartu), melengkapi Cucurella dan Laporte.
Duet Rodri dan Fabián Ruiz akan menjadi jenderal di lini tengah, mengalirkan bola dan mengatur serangan. Di depan mereka, Dani Olmo siap menggantikan peran Pedri dengan sangat baik. Barisan penyerangan akan mengandalkan dua wonderkid lincah, Lamine Yamal dan Nico Williams, di kedua sayap. Posisi striker tunggal kemungkinan besar akan diisi oleh Morata, meskipun Oyarzabal atau Joselu siap menggantikannya jika Morata tidak bisa tampil penuh karena cedera pasca-semifinal.
Inggris: Kembali ke Tiga Bek?
Meskipun di awal turnamen sering menggunakan pakem empat bek, ruang taktik memprediksi Southgate akan kembali ke formasi tiga bek, seperti yang diterapkan saat melawan Belanda di semifinal. Tiga center-back di lini belakang akan diisi oleh Kehi, Stones, dan Walker. Mereka akan diapit oleh Bukayo Saka sebagai wing-back kanan dan Trippier di kiri. Ada kemungkinan Luke Shaw akan menjadi starter menggantikan Trippier, mengingat sang pemain Manchester United ini sudah pulih dari cedera.
Susunan pemain di tengah dan depan kemungkinan tidak akan banyak berubah. Declan Rice dan Mainoo akan menjadi jangkar di tengah, dengan Jude Bellingham dan Phil Foden sebagai “double Number 10” yang menopang Harry Kane di lini depan. Filosofi Permainan dan Duel Kunci
Spanyol: Penguasaan Bola Adaptif
Spanyol dikenal sebagai tim berbasis possession. Mereka akan menggunakan penguasaan bola untuk mengontrol jalannya pertandingan. Saat menguasai bola, juara Euro 2008 dan 2012 ini menampilkan permainan atraktif dengan sirkulasi bola cepat, memanfaatkan dua gelandang tengah mereka sebagai playmaker. Mayoritas pemain Spanyol memiliki resistansi pressing yang tinggi, bahkan center-back mereka sering melakukan ball carrying atau dribel untuk memecah blok pressing lawan.
Menariknya, meskipun Spanyol terkesan sangat possession-based, statistik menunjukkan rata-rata penguasaan bola mereka (57,4%) sedikit di bawah Inggris (58,1%). Ini karena Spanyol di bawah De la Fuente adalah tim yang adaptif; mereka juga bisa mengontrol permainan tanpa bola, seperti yang terlihat saat menghadapi Kroasia di laga pembuka. Biasanya, Spanyol akan langsung mengambil inisiatif di babak pertama dan cenderung bermain lebih santai setelah unggul.
Inggris: Bertahan Solid dan Cepat Merespons
Rata-rata penguasaan bola Inggris yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh lawan-lawan yang kualitasnya di bawah mereka, atau karena mereka sering kebobolan lebih dulu sehingga perlu mengejar ketertinggalan.
Perbedaan mencolok antara kedua tim terlihat saat tidak menguasai bola. Spanyol lebih proaktif dengan melakukan high-press untuk merebut bola secepatnya. Sebaliknya, Inggris saat tidak menguasai bola memilih bertahan dengan blok press medium dan man-marking untuk menutup pergerakan gelandang lawan di tengah.
Duel Lini Tengah yang Akan Krusial
Laga final nanti akan menyajikan duel sengit di lini tengah. Gelandang-gelandang Inggris punya tugas berat untuk mengimbangi lini tengah Spanyol yang sangat kuat. Tim Matador memiliki Rodri dan Fabián Ruiz, yang bisa dibilang menjadi duet gelandang terbaik di turnamen ini. Keduanya punya kemampuan playmaking untuk mengalirkan bola dan mengatur serangan, serta resistansi pressing yang tinggi sehingga bola tidak mudah lepas. Bahkan saat di-marking, mereka bisa bergerak roaming menarik marker untuk membuka ruang yang bisa diekspos rekan lainnya.
Di sisi lain, Inggris punya dua gelandang pivot dalam diri Kobbie Mainoo dan Declan Rice, serta dua gelandang di posisi “nomor 10” yaitu Bellingham dan Foden. Di semifinal melawan Belanda, Inggris berhasil mengambil kontrol lini tengah di area yang lebih dalam, dengan Rice bermain lebih progresif dan Mainoo bergerak lebih advance untuk memberikan support dan melakukan overload saat menyerang.
Ancaman di Sayap dan Potensi Kerentanan
Di depan, Spanyol akan banyak mengancam melalui dua winger mudanya yang lincah: Nico Williams di kiri dan Lamine Yamal di kanan. Keduanya unggul dalam situasi satu lawan satu dan gemar melakukan take-ons. Yamal, selain cut inside, juga punya kemampuan melepaskan in-swing cross berbahaya ke kotak penalti. Ditambah dukungan dari kedua full-back yang rajin overlap, Spanyol bisa menciptakan situasi unggul jumlah di sayap. Namun, dengan pakem tiga bek saat bertahan, dua wing-back Inggris akan turun, sehingga mereka punya lima pemain di lini belakang untuk meredam wing-play Spanyol.
Meski begitu, ancaman dari Spanyol tidak hanya datang dari winger dan full-back. Pemain seperti Olmo dan Fabián Ruiz juga cerdik mengekspos celah di pertahanan lawan. Sejauh ini, sudah ada sembilan pemain Spanyol yang mencetak gol, menunjukkan bahwa mereka tidak bergantung pada satu atau dua pemain kunci saja.
Namun, Spanyol bukan tanpa celah. Sisi kiri pertahanan yang dijaga Cucurella sering menjadi sasaran lawan, dan dari area itu gol atau peluang sering tercipta, seperti yang terlihat saat melawan Jerman dan Prancis. Foden, yang dimainkan di posisi terbaiknya saat melawan Belanda, menunjukkan performa yang jauh lebih baik dan membahayakan pertahanan lawan. Hal ini kemungkinan akan kembali terlihat di final. Foden, bersama dengan Bukayo Saka, bisa bertumbukan langsung dengan Cucurella. Kelincahan Saka di koridor sayap serta Foden di half-space berpotensi besar untuk mengekspos sisi kiri pertahanan Spanyol.
Selain itu, Inggris juga memiliki kedalaman skuad yang mumpuni, dan Southgate paham betul bagaimana memaksimalkannya. Pergantian pemain seringkali menjadi penentu kemenangan Inggris. Oleh karena itu, Spanyol harus mewaspadai hal ini. Jika mereka tidak bisa “membunuh” pertandingan lebih awal, kedalaman skuad dan pergantian pemain Inggris bisa menjadi ancaman serius.