Teknologi

Jadi Senjata China Lawan Tarif Impor, Amerika Serikat Bidik 140 Korporasi Chip

NEW YORK Amerika Serikat telah resmi memberlakukan tarif impor baru, hal ini menghasilkan Kementerian Perdagangan China mengambil langkah cepat melindungi kepentingannya setelahnya Amerika Serikat berupaya melumpuhkan lapangan usaha semikonduktor China .

Departemen Perdagangan Amerika Serikat pada awal pekan kemarin, mengumumkan akan segera melarang ekspor 24 jenis peralatan manufaktur chip, tiga kegiatan perangkat lunak, juga memori bandwidth tinggi ke China.

Selain itu 140 perusahaan China – termasuk pembuat alat, perakit chip, serta perusahaan penanaman modal – ditambahkan ke daftar hitam kemendag Negeri Paman Sam melawan peran merekan di mengembangkan lapangan usaha semikonduktor domestik China.

Departemen Perdagangan mengklaim bahwa semikonduktor China “dapat digunakan di sistem senjata canggih generasi berikutnya kemudian pada kecerdasan buatan,” yang digunakan “menimbulkan risiko besar bagi keamanan nasional AS.”

“Ini adalah tindakan khas pemaksaan perekonomian dan juga praktik non-pasar,” kata juru bicara kementerian China sebagai respons.

“AS mengungkapkan satu hal dan juga dapat melakukan hal lain… menyalahgunakan langkah-langkah pengawasan ekspor, kemudian menerapkan intimidasi sepihak. China dengan tegas menentang ini,” sambungnya.

Juru bicara kementerian China mengamati bahwa “industri semikonduktor sangat mengglobal,” juga mengungkapkan bahwa tindakan sepihak seperti yang tersebut diambil oleh Negeri Paman Sam menghambat perdagangan bebas juga terbuka antara negara lain.

“China akan mengambil langkah-langkah yang dimaksud diperlukan untuk dengan tegas melindungi hak kemudian kepentingannya yang tersebut sah,” ungkapnya menyimpulkan.

Industri semikonduktor China telah dilakukan menjadi sasaran oleh pemerintahan Negeri Paman Sam secara berturut-turut, ketika Donald Trump melarang ekspor peralatan pembuatan chip tertentu ke Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), produsen chip top selama China, selama masa jabatan pertamanya.

Related Articles

Back to top button