Info Terkini

Liga Malaysia di Ambang Kehancuran: 9 Klub Terancam Bubar, Gaji Pemain Menunggak!

Dunia sepak bola Malaysia tengah diguncang masalah serius. Bukan soal performa di lapangan, melainkan kekacauan finansial yang mengancam kelangsungan hidup banyak klub.

Tak tanggung-tanggung, sembilan klub Liga Super Malaysia kini berada di ambang kehancuran akibat tunggakan gaji yang belum dibayarkan kepada para pemain.


💸 Tunggakan Gaji Menggunung: Pemain Sampai Belum Digaji 6 Bulan

Masalah ini bukan sekadar isu kecil. Puluhan juta ringgit Malaysia dilaporkan masih tertunggak. Beberapa pemain bahkan mengaku belum menerima gaji hingga 6 bulan lamanya.

Salah satu kasus paling mencolok datang dari Perak FC, klub legendaris yang resmi mundur dari Liga Super Malaysia. Presiden klub, Datuk Seri Azim Zabidi, mengaku sudah menggelontorkan lebih dari RM40 juta dalam 3 tahun terakhir namun tetap tak mampu menyelamatkan keuangan klub.

“Kami sudah mencoba segalanya, tapi situasinya terlalu sulit. Kami harus membuat keputusan pahit,” ujar Azim.


🏳️ Klub-klub Besar Tumbang: Sri Pahang, Kelantan, Kedah di Ujung Tanduk

Selain Perak FC, beberapa klub lain juga menghadapi krisis serupa:

  • Sri Pahang FC ditinggalkan pemiliknya.

  • Kelantan Darul Naim FC (KDN FC) dan Kedah Darul Aman FC (KDA FC) terancam tak mendapat lisensi nasional.

  • Sabah FA juga masih menunggak gaji pemain.

Bahkan dalam pertandingan uji coba di Indonesia, pemain Sabah FA yang dipimpin Saddil Ramdani mengangkat empat jari sebagai simbol empat bulan gaji yang belum dibayar.


📉 Sepi Penonton, Liga Malaysia Disebut “Farmers League”

Selain krisis finansial, Liga Malaysia juga menghadapi penurunan minat penonton secara drastis. Beberapa pertandingan mencatat jumlah penonton yang sangat rendah:

  • Penang vs Selangor: 2.198 penonton

  • Terengganu vs JDT: 2.046 penonton

  • Perak vs KDN: 1.106 penonton

  • Sri Pahang vs KL City: 956 penonton

  • Negeri Sembilan vs Sabah: 537 penonton

Bandingkan dengan Liga 2 Indonesia yang mampu menarik hingga 10.000 penonton per pertandingan, bahkan di kota-kota kecil!

“Ini bukan lagi Liga Super, tapi Liga Sepi,” tulis pengamat sepak bola Malaysia, Aidil Azlan, di akun Facebook-nya.


🇲🇾 Ranking Tinggi, Tapi Realita Menyedihkan

Ironisnya, peringkat Liga Malaysia di Asia berada di posisi ke-11, jauh di atas Liga 1 Indonesia yang duduk di posisi ke-25. Namun secara kualitas pertandingan dan atmosfer stadion, justru Liga 1 Indonesia jauh lebih hidup.

“Apa artinya peringkat tinggi jika pemain tidak digaji dan stadion kosong melompong?”


⚠️ AFC Tak Akan Turun Tangan: Ini Urusan Domestik

Meski krisis ini sudah jadi pembicaraan regional, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memilih untuk tidak ikut campur. Sekjen AFC, Datuk Seri Winzerpol, mengatakan bahwa ini adalah urusan domestik yang harus diselesaikan oleh FAM dan MFL sendiri.


🛑 Klub Mati Surinya Terus Bertambah

Fenomena klub yang ‘mati suri’ bukan hal baru di Malaysia. Sebelumnya, Sarawak United, Melaka United, dan Kelantan FC juga menghilang dari peta sepak bola karena masalah gaji. Ini menciptakan pertanyaan besar: di mana tanggung jawab federasi?


🧠 Pengelolaan yang Gagal: “Bola Bukan Cuma Tendang Menendang”

Pengamat sepak bola Malaysia, Datuk Pekan Ramlee, menyebut kondisi ini sebagai aib besar. Ia menyoroti buruknya tata kelola dan minimnya reformasi dari pihak federasi.

“Sepak bola bukan hanya tentang pertandingan, tapi juga soal tata kelola dan tanggung jawab finansial.”


🗣️ Solusi atau Bubar?

Jika tak ada langkah serius dalam waktu dekat, Liga Super Malaysia bisa benar-benar kolaps. Dengan hanya 2-3 tim yang mampu bertahan, liga tak akan kompetitif lagi dan sponsor pun akan terus menjauh.


🇮🇩 Pelajaran untuk Sepak Bola Indonesia

Meski Indonesia juga pernah dilanda masalah gaji, penyelesaiannya terbilang lebih cepat dan tertata. Semoga kejadian di Malaysia bisa menjadi wake-up call bagi semua pihak di sepak bola Asia Tenggara.


🔚 Penutup

Krisis di Liga Malaysia bukan sekadar badai lewat. Ini adalah tanda bahwa sistem pengelolaan sepak bola yang rapuh tak akan mampu bertahan lama. Jika tak ada reformasi serius, bukan tak mungkin Liga Super Malaysia akan tinggal nama.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button