Matheus Cunha Kunci Baru Serangan Manchester United di Bawah Ruben Amorim?

Manchester United tak membuang waktu di bursa transfer kali ini. Dengan langkah cepat, mereka berhasil mengamankan tanda tangan penyerang Wolves, Matheus Cunha. Klausul pelepasannya senilai £62,5 juta ditebus, membuat pemain berusia 26 tahun ini resmi mengenakan seragam Setan Merah musim depan. Musim lalu, torehan Cunha cukup impresif dengan 15 gol dan 6 assist untuk Wolves, sebuah statistik yang patut diacungi jempol.
Efisiensi di Depan Gawang: Statistik XG yang Mengesankan
Salah satu aspek yang membuat Cunha begitu menarik adalah kemampuannya dalam mengonversi peluang. Di Liga Primer Inggris musim lalu, hanya ada tiga pemain dengan XG (Expected Goals) overperform yang sangat tinggi – ditunjukkan dengan “warna hijau” besar pada tabel statistik. Ini berarti mereka mampu mencetak gol jauh melebihi kualitas peluang yang mereka miliki. Singkatnya, mereka punya efisiensi penyelesaian akhir yang luar biasa. Cunha adalah salah satunya, bersanding dengan nama-nama seperti Jarrod Bowen dan Chris Wood.
Fenomena ini tentu menjadi angin segar bagi Manchester United, yang musim lalu kerap dilanda masalah finishing. Statistik XG pemain MU musim lalu didominasi “warna merah”, kecuali Amad Diallo yang menunjukkan sedikit warna hijau, namun golnya masih di bawah angka 10. Ini mengindikasikan bahwa secara statistik XG, pembelian Matheus Cunha adalah keputusan yang sangat tepat.
Namun, bagaimana dengan aspek lain? Mari kita telusuri lebih jauh!
Posisi dan Peran Kunci: Ketersambungan dengan Filosofi Amorim
Keselarasan Cunha dengan Manchester United tak hanya sebatas statistik, melainkan juga pada posisi bermainnya. Musim lalu, Wolves sering menggunakan formasi 3-4-2-1 atau 3-4-3, yang mirip dengan skema favorit calon pelatih baru, Ruben Amorim. Cunha mengisi pos attacking midfielder kiri, sebuah posisi yang di bawah Amorim di Sporting Lisbon kerap mengalami rotasi, dengan pemain seperti Marcus Rashford, Mason Mount, hingga Bruno Fernandes pernah mengisi peran tersebut. Matheus Cunha berpotensi besar mengamankan pos tersebut, meskipun ia juga cukup fleksibel bermain di posisi lain.
Cunha dikenal sebagai pemain yang direct, selalu punya tendensi untuk bergerak ke depan. Atribut ini terlihat jelas dari operan maupun pergerakannya. Statistik dari The Athletic menunjukkan bahwa Cunha adalah pemain dengan operan dan carries (dribel) progresif yang tinggi. Bahkan, jika dibandingkan dengan pemain MU lain yang diplot di posisi serupa, Cunha jauh di atas mereka. Saat mendapat bola, ia cenderung melakukan dribel ke depan, bahkan langsung menuju gawang. Kecenderungannya ini sangat cocok untuk tim yang menganut filosofi permainan direct atau langsung ke depan tanpa banyak sirkulasi bola. Ia punya keberanian dan kemampuan membawa bola langsung ke depan, bahkan saat membelakangi gawang.
Adaptasi Fisik dan Ancaman Serangan Balik
Keberanian Cunha dalam melakukan dribel ke depan menjadi modal penting untuk mengarungi kerasnya Liga Primer Inggris. Tidak semua pemain mampu beradaptasi dengan intensitas fisik Premier League. Kemampuan untuk melakukan dribel progresif dan menjadi poros serangan balik sangat rentan terhadap pelanggaran. Seorang penyerang juga harus terbiasa menjadi sasaran foul lawan, terutama mengingat rekan-rekannya sering kali berada di belakangnya dan opsi umpan terbatas.
Menariknya, Cunha seolah tak perlu adaptasi lagi soal fisik dan pelanggaran. Di Wolves, ia cukup sering menjadi sasaran pelanggaran, bahkan dalam satu pertandingan ia bisa dilanggar hingga enam kali. Kemampuan ini semakin menunjukkan bahwa Amorim menginginkan skuadnya lebih direct saat menyerang. Tentu, ada satu syarat: Cunha tidak boleh sering kehilangan bola seperti yang terkadang terjadi pada Garnacho atau Rashford. Jika dibandingkan dalam radar chart, Cunha unggul dalam metrik successful take-ons, menunjukkan kemampuannya melewati lawan dengan sukses.
Kontribusi pada Build-up dan Playmaking
Musim lalu, Manchester United juga menghadapi masalah dalam build-up dan kreasi peluang. Pembelian Cunha memang tidak akan menyelesaikan seluruh permasalahan build-up, namun ia punya kemampuan untuk membantu. Ia terlihat bisa melebar dan turun untuk memecah man-marking lawan yang berusaha menutup progresi ke tengah.
Selain itu, Cunha juga punya akurasi umpan yang cukup baik. Ia bisa turun dan melebar untuk menerima operan sambil melepaskan diri dari penjagaan lawan, lalu mengirimkan umpan diagonal yang akurat kepada rekannya. Ini menunjukkan bahwa ia punya kemampuan playmaking yang baik melalui operan-operannya.
Kemampuan umpan progresif Cunha memang sangat tinggi. Ia bisa membantu build-up dengan memberikan support dan operan-operan progresifnya mampu menyerang ruang di belakang lini lawan. Operan-operan ini juga sangat diperlukan untuk segera melancarkan serangan balik sesaat setelah memenangkan bola. Cunha tergolong pemain yang kolektif dan tidak egois. Tentu, hal ini akan sangat bergantung pada support dari pemain MU lainnya. Sebagai pemain yang sering menjadi fokus serangan, kehadiran support dari rekan-rekan akan sangat membantu Cunha untuk lepas dari kawalan dan memberikan assist. Statistik operan ke depannya yang tinggi juga membuktikan bahwa Cunha adalah pemain yang bisa melakukan playmaking melalui umpan-umpan progresifnya, baik operan panjang maupun operan pendek di ruang sempit – kemampuan yang sangat dibutuhkan MU saat menghadapi tim yang bermain dengan low block.
Catatan penting bagi Amorim adalah faktor pergerakan tanpa bola pasukannya nanti. Tanpa hal ini, akan sulit bagi Cunha menemukan pemain untuk dioper.
Etos Kerja dan Tekanan Tinggi
Di era modern, pemain depan adalah bek pertama sebelum bola masuk ke area pertahanan. Kehadiran pemain depan dengan work rate tinggi sangat penting. Matheus Cunha memiliki work rate tinggi saat tanpa bola, aktif ikut menekan saat lawan build-up. Meskipun tekanannya tidak selalu agresif, ia selalu berusaha menutup opsi umpan dan lebih sering menunggu. Meski begitu, Cunha cenderung tidak selalu komit untuk berduel, apalagi jika sudah ada rekan di dekatnya. Jika dibandingkan dengan seluruh striker di Liga Primer Inggris, statistiknya berada di persentil 90-an untuk tackle dan intercept. Ini menunjukkan etos kerja yang tinggi dalam mengganggu bangun serangan lawan.
Kesimpulan: Upgrade Signifikan untuk Serangan MU
Secara keseluruhan, Matheus Cunha berpotensi memberikan upgrade signifikan pada sektor serangan Manchester United, terutama jika tim ingin bermain lebih direct. Ia punya kemampuan dribel yang mumpuni dan nilai positifnya juga punya kemampuan playmaking. Musim lalu, ia banyak digunakan Wolves sebagai poros serangan dan menariknya, posisinya sering berada satu garis di bawah Bruno Fernandes. Tentu ini akan menambah aspek kreativitas plus output attacking jika ia bisa beradaptasi dengan baik dalam taktik Ruben Amorim.