Duel Sengit di Liga Champions Ketika Dominasi PSG Tak Berbuah Gol Lawan Efisiensi Liverpool!

Pahlawan Bernama Alisson dan Filosofi Berbeda: Enrique vs. Slot
Jika ada satu nama yang patut diacungi jempol, dia adalah Alisson Becker. Penjaga gawang Liverpool ini tampil luar biasa, melakukan penyelamatan-penelamatan krusial dengan nilai xG on target mencapai 2,26. Artinya, bola-bola yang mengarah ke gawangnya berpotensi besar menjadi gol, bahkan lebih dari dua!
Di sisi lain, Luis Enrique, manajer PSG, dikenal dengan filosofi proaktifnya. Ia selalu menginginkan dominasi penguasaan bola, tak memberi lawan kesempatan memegang bola demi membatasi peluang mereka. Namun, strategi Arne Slot yang lebih direct terbukti lebih efektif. Liverpool hanya butuh satu momen untuk menghukum kesalahan PSG, dan Harvey Elliot menjadi eksekutornya.
Penasaran dengan detail taktisnya? Mari kita bedah bersama!
Formasi dan Rotasi Dinamis PSG: Memancing Lawan Keluar Zona
PSG sebagai tuan rumah tampil dengan formasi 4-3-3. Enrique mengandalkan trio Barcola, Asensio, dan Kvaratskhelia di lini depan, ditopang oleh Vitinha, Fabian Ruiz, dan Neves di lini tengah.
Sementara itu, Liverpool di atas kertas bermain dengan 4-2-3-1, namun sering terlihat sebagai 4-2-4. Duet Mac Allister dan Gravenberch menjadi double pivot, menopang Szoboszlai dan Jota, yang diapit oleh Salah dan Luis Diaz di sayap.
PSG membangun serangan dengan rotasi posisi yang dinamis, namun tetap mempertahankan dasar 3-2-5. Vitinha sering drop ke belakang, sementara Mendes dan Hakimi sebagai fullback naik ke depan. Tiga penyerang mereka bermain lebih narrow atau rapat di tengah. Di momen lain, Mendes bahkan bisa menjadi inverted fullback, Kvaratskhelia melebar ke sayap, dan Hakimi melakukan inverted run hingga menjadi pemain tengah. Dembele bertukar posisi dengan sayap kanan, dan Fabian Ruiz naik. Bahkan Mendes sesekali menemani center-back di belakang. Ide di balik rotasi ini adalah untuk memancing marking pemain Liverpool agar keluar dari zonanya.
Pendekatan Pasif Liverpool dan Momen Kritis yang Terlewatkan
Pendekatan Arne Slot di laga ini memang sangat pasif. Liverpool lebih memilih bertahan dengan zona marking yang baru bergerak jika lawan berani masuk. Reaksi untuk press baru diberikan ketika Vitinha mencoba menerobos blok press mereka. Selama lawan tidak berusaha menerobos pertahanan, Liverpool memilih untuk menjaga zonanya.
Salah satu peluang emas PSG lahir ketika Liverpool berusaha keluar untuk melakukan pressing. Terlihat Robertson keluar ke sayap untuk press, namun dengan mudah dilewati Dembele. Mac Allister mencoba melakukan cover namun juga dilewati. Pertahanan pun berlubang. Gravenberch mencoba menutup, sehingga posisi depan back kosong. Keputusan Dembele untuk cutback sangat tepat, namun penyelesaian akhir yang buruk dari Neves menggagalkan peluang tersebut.
Serangan Langsung Liverpool dan Masalah Intensitas
Liverpool membangun serangan secara direct atau langsung ke depan. Mereka mengincar garis pertahanan tinggi PSG dan kerap menargetkan Darwin Nunez sebagai penerima bola. Sepakan gawang Alisson dan kawan-kawan kerap memilih melakukan long pass, namun terlihat tidak efektif.
Pendekatan direct ini juga didasari buruknya penampilan anak asuh Arne Slot, terutama di babak pertama. Intensitas tinggi yang menjadi ciri khas Liverpool nampak hilang, padahal mereka tidak ada pertandingan di minggu sebelumnya karena sudah tidak lolos FA Cup. Selain kesulitan dalam intensitas duel, Liverpool juga bermasalah saat melancarkan counter-attack. Mohamed Salah pun di pertandingan ini dapat dimatikan oleh Mendes. Fullback kiri PSG ini punya kecepatan namun tidak terburu-buru dan punya timing yang tepat dalam menutup Salah. Bermain low block dan sulit melakukan counter membuat Liverpool tertekan sepanjang pertandingan.
Alisson, Benteng Terakhir dan Penentu Kemenangan
Namun, Liverpool punya Alisson Becker sebagai pertahanan terakhir, dan ia tampil gemilang dalam menghalau tendangan bernilai 2,26 xG on target. Peluang besar PSG lahir dari kesalahan Van Dijk yang malah meninggalkan Dembele tak terkawal, namun Becker bergerak maju ke depan dan membesar, menutup ruang tembak dengan timing yang tepat. Refleksnya pun brilian, mampu memblok tendangan Kvaratskhelia dari jarak yang sangat dekat.
Frustrasi dalam membobol gawang Liverpool, PSG juga mencoba melakukan tembakan jarak jauh, namun lentingan Alisson mampu menggagalkan sepakan Nuno Mendes. Di laga ini, kiper asal Brazil tersebut mendapat penghargaan Man of the Match yang memang layak ia dapatkan.
Gol satu-satunya pada pertandingan ini pun awalnya berasal dari sepakan Alisson. Darwin Nunez yang baru dimasukkan, memenangkan duel atas Marquinhos dan berhasil mendapatkan bola kedua. Elliot yang baru masuk juga bergerak positif dari titik buta Mendes yang kurang waspada. Kesalahan lain adalah pemain PSG terlalu fokus dan berkumpul pada duel, sehingga ruang kosong di kiri dieksploitasi. Lewat penyelesaian akhir klinisnya, Harvey Elliot mampu menceploskan bola ke gawang Donnarumma.